Abraham Samad Kuliahi Mahasiswa UNIMA

Ketua KPK, Abram Samad saat berada diruangan Rektor UNIMA, Philoteus Tuerah bersama sejumlah pejabat UNIMA dan Dirut IPDN Tampusu, Roosje Kalangi.
Ketua KPK, Abram Samad saat berada diruangan Rektor UNIMA, Philoteus Tuerah bersama sejumlah pejabat UNIMA dan Dirut IPDN Tampusu, Roosje Kalangi.

Minahasa – Ketua Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) RI, Abraham Samad, Kamis (18/09), memberikan kuliah umum kepada ribuan mahasiswa Universitas Negeri Manado (UNIMA) di Tondano.

Dalam membawakan materi kuliah, Samab menyinggung sejumlah persolan korupsi di Indonesia yang dari waktu ke waktu mengalami evolusi berdasarkan hasil survei.

Menurutnya, kejahatan korupsi dahulu berbentuk sederhana dan biasa-biasa saja, namun kini menjadi sangat luar biasa atau extraordinary crime.

“Dari waktu ke waktu, tindakan korupsi makin canggih karena dilakukan orang profesional dan pintar. Sehingga, perlu metode yang pas untuk menghadapi evolusi ini,” tutur Samad.

Di Indonesia, menurut Samad, sejak tahun 2011 silam, pihaknya membuat rencana pemberantasan dalam 5 tahun berjalan, dimana misi KPK RI tak hanya menangani pelaku korupsi tapi juga mencegah terjadinya korupsi.

Namun demikian, upaya pemberantasan selama ini ternyata tak berbuah signifikan dengan Index Penilaian Korupsi yang stagnant pada nilai 32. Sehingga, KPK RI kemudian merubah cara menangani korupsi di Indonesia dengan dua cara yakni, pengintegrasian pendekatan penindakan dan pendekatan pencegahan.

“Tapi ada keterbatasan, sebab persoalan yang ada tak sebanding dengan infrastruktur yang miliki KPK saat ini. Mensiasati ini, kami mengambil langkah koordinasi supervisi dengan aparat lainnya seperti Polri, Kejaksaan dan Pengadilan, di tiap wilayah di Indonesia, sebab sekitar 1000 personel KPK tak mampu mencakup seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ujarnya.

Satu hal paling penting menurutnya, peran KPK tak hanya menangkap orang, tapi bagaimana membuat masyarakat sejahtera, bisa menekan angka kemiskinan dengan memusatkan pada tiga sektor penanganan yakni ketahanan energi dan lingkungan, ketahanan pangan dan sumber pendapatan yang dalam hal ini pajak.

“Indonesia kaya akan sumber daya alam. Potensi agraris kita 75-80 persen dan total APBD Rp 1800 Triliun itu, 78 persennya berasal dari pajak. Sayangnya, tiga sektor dimaksud diatas tadi, tidak dikelola dengan baik. Seperti, SKK Migas, Impor daging sapi dan mafia-mafia pajak, yang kesemuanya mengalami banyak kebocoran,” katanya.

Untuk itu, dikatakan Samad, peran perguruan tinggi harus mengintensifkan diri dan belajar belajar sejak dini, agar gererasi muda di perguruan tinggi terdidik anti korupsi.

“Kesuksesan bukan diukur dari finansial yang dimiliki, tapi berhasil menjalankan profesi dengan jujur, bertanggungjawab dan berintegritas. Meski harus hidup sederhana,” ujarnya.

Selain mahasiswa dan pejabat UNIMA, kuliah umum ini juga dihadiri mahasiswa Poltekes Manado serta SMA Kristen Binsus Tomohon.(fernando lumanauw)

Tinggalkan Balasan