by

Gelar Unjuk Rasa, Siswa SMKN 4 Manado Minta Kepsek Diganti

Manado – Situasi SMKN 4 Manado makin panas, sebelumnya adu mulut antar guru dan Kepsek, Rabu (29/7/2015). Kali ini sejumlah siswa-siswi turun melakukan aksi agar Kepala Sekolah yang dipercayakan oleh Dra Jean Sanger diganti. Bahkan sejumlah siswa pun melakukan menyegel gerbang sekolah, Kamis (30/7/2015) yang mengundang perhatian masyarakat.

Teriakan para siswa tak terbendung, bahkan sejumlah siswa tak puas begitu saja.

Menurut salah satu siswa aksi kami untuk meminta mengembalikan kejayaan SMKN 4 Manado.

“Kami ingin aspirasi ini didengarkan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan. Sudah banyak keluhan, karena sekolah ini makin mundur jika terus dibiarkan,” celetuknya.

Aksi tersebut ahkirnya berhasil diredam. Para guru memaksa masuk siswa melakukan demo dan terus melakukan orasi dimuka gerbang meski Kepala Sekolah tidak ditempat.

Tak beberapa lama, para siswa menuju ke lapangan basket, mereka kembali meneriakan sejumlah tuntutan sambil membawa sejumlah poster yang berisikan tuntutan tersebut.

“Sapa suruh pilih pa Sanger. Akhirnya torang pe ekskul nyanda jalan. Turunkan Sanger,” teriak mereka.

Selang sejam, aksi tersebut terdengar hingga ke telinga para petinggi Dinas Pendidikan Kota Manado yakni Sekretaris Dinas Drs Daglan Walangitan MPd, Kabid Pendidikan Menengah (Dikmen) Drs Boyke Robot dan Pengawas SMK Drs Isone Watung tiba di sekolah itu dan langsung melakukan pertemuan bersama perwakilan siswa.

Ketua OSIS Sartika Lumintang tampil sebagai juru bicara didampingi belasan siswa lainnya.

“Yang kami inginkan ada perubahan di sekolah kami. Saat ini kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler sudah dihentikan, sejak kedatangan kepala sekolah yang baru Ibu Sanger menggantikan ibu Deysie enam bulan yang lalu. Kemana kami akan menyalalurkan bakat kami. Ekstra kurikuler itu seperti Teater Vox, futsal dan basket sudah tidak ada lagi,” ungkap Sartika, murid Kelas XII Administrasi Perkantoran II.

Bahkan siswa lainnya seperti Vijay dari kelas XII Teknik Broadcasting mengeluhkan ditutupnya ruang praktek sekaligus studio Radio Vox FM yang merupakan radio sekolah.

“Sejak kedatangan kepala sekolah yang baru, Radio Vox sudah tidak mengudara lagi. Kami mau praktek di mana. Padahal sudah bertahun-tahun Radio Vox ini menjadi andalan sekolah untuk melatih para siswanya di bidang penyiaran.
Sedangkan Indera Sumampuw, menyorot tidak adanya guru produktif Tekhnik Komputer Jaringan. Guru produktif TKJ tidak ada lagi. Sama seperti guru produktif Tekhnik Broadcasting. Dahulunya guru honor yang mengajar, akan tetapi katanya diberhentikan oleh kepala sekolah karena tak mampu membayar honor mereka,” ujar Sumampouw.

Sementara siswa lainnya menginginkan Ketua Paket Keahlian atau Jurusan Pekerjaan Sosial diganti dengan guru yang berkompeten.

“Ibu Tenny Rogi adalah guru PPKN, tidak cocok untuk jadi Ketua Jurusan.
Padahal ada guru yang lebih berkompeten,” ujar dia.

Adanya hal ini, Walangitan pun dengan seksama memperhatikan dan mendengarkan satu per satu tuntutan yang disampaikan para siswa.

Dan meminta kepada Watung dan Robot untuk mencatat semua keluhan siswa.

“Kami sudah mencatat semua keluhan dari adik-adik, ini selanjutnya akan kami bahas bersama dengan guru dan kepala sekolah. Tentunya untuk kemajuan sekolah ini,” ujar Walangitan dan meminta agar siswa membacakan tuntutan mereka dalam poster-poster saat melakukan aksi unjuk rasa.

Usai pertemuan dengan perwakilan siswa, dilanjutkan dengan tatap muka bersama guru-guru.

Jika sejak pagi Sanger tidak berada di sekolah, Walangitan meminta untuk kepala sekolah itu dihadirkan dalam pertemuan.

Menariknya saling debat muncul dalam pertemuan yang juga dihadiri Sanger itu.
Sejumlah guru seperti Wakasek Kurikulum Joice Sambiran, Wakasek Sarana Prasarana I Nyoman Saptono, Ketua Paket Keahlian Administrasi Perkantoran Youla Himpong dan Ketua Paket Keahlian Tekhnik Broadcasting Mieke Rotty mebeberkan sejumlah persoalan di sekolah itu, sekaligus mengkritik kepemimpinan Sanger.

Munculnya banyak persoalan dalam kepemimpinan Sanger itu, dua guru masing-masing Steven Paul Tuwo dan Saleh Kiay Demak mengusulkan agar dilakukan voting untuk menentukan “nasib” kepala sekolah.

“Saya usulkan agar dilakukan voting saja. Apakah kita di sekolah ini masih menginginkan kepemimpinan Ibu Sanger.
Daripada kita berdebat, akar masalahnya memang sudah tidak bisa berkomunikasi lagi dengan kepala sekolah,” ujar Saleh dan Tuwo.

Menanggapi hal itu, Walangitan mengatakan, tujuan pertemuan itu adalah untuk memecahkan masalah dan mencari solusi.

“Tujuan kita mencari solusi agar berbagai persoalan ini bisa diselesaikan. Saya melihat ini masalah kepemimpinan dan manajemen sekolah. Sehingga kepala sekolah harus bisa memperhatikan hal ini. Menerima berbagai masukan dan berkomunikasi dengan baik, untuk memajukan sekolah,” papar Walangitan.

Dalam pertemuan itu, Sanger hanya berdiam diri hanya mendengar berbagai kritikan yang masuk atas kepemimpinannya.

Usai pertemuan, Sanger mengaku tidak tahu jika aka nada aksi siswa tersebut.

“Sehari sebelumnya sudah ada pertemuan dengan Dinas. Saya pikir sudah selesai. Ternyata ada demo dari siswa, saya tidak tahu soal ini,” terangnya.

Sedangkan terkait keluhan siswa dan guru, Sanger berjanji akan mengatifkan kembali ekskul dan sejumlah masukan para siswa dan guru serta melakukan perbaikan. (tian)

Comment

Leave a Reply

News Feed