Manado — Rumah Susun (Rusun) Pemkot kurang diminati. Program yang diperuntukkan bagi keluarga kurang mampu ini masih saja memiliki banyak ruang kosong. Dikatakan Asisten I Pemkot Manado Josua Pangkerego MAP, pihaknya sudah membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada semua warga. Mereka juga dibantu dengan kelancaran proses dan syarat.
“Awalnya, Rusun di kawasan ringroad tersebut menjadi primadona. Belakangan, jadi sepi peminat,” katanya.
Alasannya, menurut asisten yang membidangi pemerintahan dan Kesra ini, Rusun tersebut tidak terletak di lokasi strategis.
“Itu masalahnya, kawasan tersebut tidak dilewati angkutan umum dalam kota (Angkot). Sementara, warga di Rusun merupakan keluarga menegah ke bawah yang tidak memiliki kendaraan. Namun, kalau mendesak, nanti kami usulkan ke Dishub agar area tersebut menjadi jalur Angkot,” jelasnya.
Tak heran, karena lokasi yang tak strategis, keluarga miskin Manado, lebih memilih tetap tinggal di kawasan kumuh. Data yang didapat, ada sekira 150,82 hektar (ha) yang saat ini terdaftar sebagai wilayah kumuh. Menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Manado Bartje Assa DEA, daerah kumuh tersebut, tersebar di 26 titik.
“Hampir semua kecamatan memiliki wilayah kumuh. Yang didominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS),” katanya.
Lanjutnya, kawasan bantaran sungai, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, menjadi yang paling dominan.
“Ini merupakan masalah bersama. Kalau tidak diseriusi, maka akan menjadi semakin pelik di kemudian hari. Sebab selain tidak sehat, aktifitas kehidupan di daerah bantaran sungai sangat beresiko. Apalagi ditambah kebiasaan buang sampah di sungai. Kalau tidak ditata, ini akan menjadi sumber bencana,” jelas Assa.
Sementara itu, dijelaskan Assa, salah satu faktor penyebab terjadinya pemukiman kumuh adalah kontrol penduduk. Karena sebagian penduduk miskin di Manado bukan warga asli. “Beberapa dari mereka hanya pendatang. Karena tidak mendapat pekerjaan, maka menetap di sini dan tinggal di wilayah tersebut,” tutupnya.(erik)
Comment